Bagi Untarian yang berstatus mahasiswa baru dan
berasal dari daerah, pastinya memerlukan kesiapan mental untuk beradapatasi di
lingkungan, pergaulan, serta bahasa yang baru. Terlebih lagi, terdapat
perbedaan gaya hidup sewaktu kamu berada di daerah dengan saat di Jakarta.Kamu tentu
akan mengalami culture shock di
masa-masa awal berada di Jakarta. Namun kamu tidak perlu kuatir, beberapa
mahasiswa FIKom Untar ini berhasil mengatasi culture shocknya dan bisa
beradaptasi dengan gaya hidup baru di Jakarta, siapa sajakah mereka?
1.
Clara Matara
Clara merupakan wanita asal Kupang, NTT yang merantau
ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di FIKom Untar. Sewaktu di Kupang, ia
bercerita kalau ia tidak hobi nongkrong di cafe-cafe karena di daerah belum
terlalu banyak cafe. Ia juga tidak terlalu mempedulikan penampilan, biasanya ia
hanya mengenakan kaos dan celana pendek ketika bepergian. Clara pun masih belum
terlalu mandiri dalam mengurus diri sendiri.
Namun semuanya berubah ketika ia menginjakkan kakinya
di Jakarta. Ia dituntut untuk mandiri dalam mengurus segala hal. Perlahan Clara
mulai memperhatikan stylenya baik dalam hal berpakaian dan berdandan mengikuti
style anak Jakarta. “Di Jakarta juga aku
mulai bisa ngurus dan ngatur semua waktu ku sendiri dan mulai hobi nongkrong
karena di Jakarta kalau nggak nongkrong gak asik”, curhat Clara.
Tetapi ia juga sempat mengalami Culture Shock saat memasuki lingkungan baru. Gaya bicara warga
Jakarta yang menggunakan gue-lo terdengar
aneh ditelinganya, sebab di daerah asalnya dulu, ia biasa menggunakan kata
aku-kamu. “Culture shock aku selanjutnya
adalah aku masih aneh dengan lingkungan yang cewenya ngerokok dan miras-an. Itu
yang buat aku belum bisa terima”, tambahnya.
2. Jie Riani
Jie Riani adalah mahasiswa FIKom Untar angkatan 2013
kelahiran Makassar 8 Mei 1994. Sewaktu masih berada di Makassar dulu, biasanya
untuk berbelanja kebutuhan dirinya sendiri, ia akan meminta uang dari ortu. Ia
pun lebih lebih boros dalam mengeluarkan uang. Sementara ketika ia berada di
Jakarta, ia harus bisa mengirit uang jajan yang diberikan agar cukup untuk 1
bulan.
Jie pun bercerita ,”karena gak ada ortu di Jakarta, semuanya harus serba sendiri, ngurusin
sendiri. Kalo ada ortu kan bisa manja-manja terus keperluan sehari-hari udah
terpenuhi jadi ga usah beli sendiri”.
Seperti Clara, Jie juga sempat mengalami Culture Shock. Bahasa dan logat yang
berbeda menjadi kendalanya. Sehingga di awal memasuki perkuliahan, ia lebih
memilih untuk banyak diam dibanding berbicara. Beruntung di Jakarta ia tinggal
bersama dengan tantenya, ia pun banyak mendapatkan masukan bagaimana cara hidup
di Jakarta sehingga ia dapat beradaptasi dengan cepat.
3. Gerardo Andre Wijaya

Ia juga menceritakan bahwa gaya hidupnya ketika di
Belitung dengan ketika ia di Jakarta tak berbeda jauh. Hanya saja karena jauh
dari orang tua, ia jadi sedikit lebih nakal seperti suka begadang hingga larut
malam. Pun begitu, ia tidak ikut terjerumus ke dalam pergaulan negatif seperti merokok dan minum minuman beralkohol.
Untarian, liat kan betapa mereka dulu juga pernah
berjuang untuk membiasakan diri tinggal di Jakarta. Kamu juga pasti bisa banget
untuk betah dengan gaya hidup di Jakarta. So, tetap semangat dan enjoy your
life in Jakarta J
Penulis
: Eunike Tania
Reporter
: Eunike Tania
Editore : Eunike Tania
SMOOZIN is an egg white protein shake, made with pasteurized egg whites, fresh fruits, and sweetened with Stevia! SMOOZIN targets people who regularly go to the gym and live a healthy lifestyle. These people understand their daily protein intake and search for a protein shake with good flavors. Smoozin is available in 2 flavors - Dragon's Breath and Choco Bomb. One bottle for Rp35,000 - WHAT ARE YOU WAITING FOR?!?! BUY THEM NOW! Right now, our products are only available at Jakarta and Tangerang. But fear not - Smoozin will come to your city one day, so stay tuned and support us by BUYING OUR PROTEIN SHAKES FOR ONLY THIRTY FIVE THOUSAND RUPIAH!
BalasHapusFollow our Instagram and Tiktok at @smoozin.id for more info!