Senin, 03 Oktober 2016

Gaya Hidup Anak Perantauan (Dulu vs Sekarang)




Bagi Untarian yang berstatus mahasiswa baru dan berasal dari daerah, pastinya memerlukan kesiapan mental untuk beradapatasi di lingkungan, pergaulan, serta bahasa yang baru. Terlebih lagi, terdapat perbedaan gaya hidup sewaktu kamu berada di daerah dengan saat di Jakarta.Kamu tentu akan mengalami culture shock di masa-masa awal berada di Jakarta. Namun kamu tidak perlu kuatir, beberapa mahasiswa FIKom Untar ini berhasil mengatasi culture shocknya dan bisa beradaptasi dengan gaya hidup baru di Jakarta, siapa sajakah mereka?


1.      Clara Matara





Clara merupakan wanita asal Kupang, NTT yang merantau ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di FIKom Untar. Sewaktu di Kupang, ia bercerita kalau ia tidak hobi nongkrong di cafe-cafe karena di daerah belum terlalu banyak cafe. Ia juga tidak terlalu mempedulikan penampilan, biasanya ia hanya mengenakan kaos dan celana pendek ketika bepergian. Clara pun masih belum terlalu mandiri dalam mengurus diri sendiri.

Namun semuanya berubah ketika ia menginjakkan kakinya di Jakarta. Ia dituntut untuk mandiri dalam mengurus segala hal. Perlahan Clara mulai memperhatikan stylenya baik dalam hal berpakaian dan berdandan mengikuti style anak Jakarta. “Di Jakarta juga aku mulai bisa ngurus dan ngatur semua waktu ku sendiri dan mulai hobi nongkrong karena di Jakarta kalau nggak nongkrong gak asik”, curhat Clara.

Tetapi ia juga sempat mengalami Culture Shock saat memasuki lingkungan baru. Gaya bicara warga Jakarta yang menggunakan gue-lo terdengar aneh ditelinganya, sebab di daerah asalnya dulu, ia biasa menggunakan kata aku-kamu. “Culture shock aku selanjutnya adalah aku masih aneh dengan lingkungan yang cewenya ngerokok dan miras-an. Itu yang buat aku belum bisa terima”, tambahnya.





2.      Jie Riani


Jie Riani adalah mahasiswa FIKom Untar angkatan 2013 kelahiran Makassar 8 Mei 1994. Sewaktu masih berada di Makassar dulu, biasanya untuk berbelanja kebutuhan dirinya sendiri, ia akan meminta uang dari ortu. Ia pun lebih lebih boros dalam mengeluarkan uang. Sementara ketika ia berada di Jakarta, ia harus bisa mengirit uang jajan yang diberikan agar cukup untuk 1 bulan.

Jie pun bercerita ,”karena gak ada ortu di Jakarta, semuanya harus serba sendiri, ngurusin sendiri. Kalo ada ortu kan bisa manja-manja terus keperluan sehari-hari udah terpenuhi jadi ga usah beli sendiri”.

Seperti Clara, Jie juga sempat mengalami Culture Shock. Bahasa dan logat yang berbeda menjadi kendalanya. Sehingga di awal memasuki perkuliahan, ia lebih memilih untuk banyak diam dibanding berbicara. Beruntung di Jakarta ia tinggal bersama dengan tantenya, ia pun banyak mendapatkan masukan bagaimana cara hidup di Jakarta sehingga ia dapat beradaptasi dengan cepat.

3.      Gerardo Andre Wijaya





Andre sapaan akrabnya adalah mahasiswa baru FIKom Untar 2016 yang berasal dari Bangka Belitung. Sebelum tiba di Jakarta untuk berkuliah, Andre memang sudah mempersiapkan diri dan mental agar dapat cepat beradaptasi dan mampu untuk hidup mandiri. Ia pun hanya butuh waktu 4 hari untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Ia juga menceritakan bahwa gaya hidupnya ketika di Belitung dengan ketika ia di Jakarta tak berbeda jauh. Hanya saja karena jauh dari orang tua, ia jadi sedikit lebih nakal seperti suka begadang hingga larut malam. Pun begitu, ia tidak ikut terjerumus ke dalam pergaulan negatif  seperti merokok dan minum minuman beralkohol.


Untarian, liat kan betapa mereka dulu juga pernah berjuang untuk membiasakan diri tinggal di Jakarta. Kamu juga pasti bisa banget untuk betah dengan gaya hidup di Jakarta. So, tetap semangat dan enjoy your life in Jakarta J

Penulis : Eunike Tania
Reporter : Eunike Tania

Editore    : Eunike Tania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar