Senin, 03 Oktober 2016

CNN Indonesia Meet Up! #4 – Desi Anwar



Sosok Desi Anwar memang sudah tidak asing lagi di dunia pertelevisian Indonesia, khususnya pada bidang jurnalistik. Wanita berkelahiran Bandung, 11 Desember 1962, merupakan seorang presenter berita terkemuka di Indonesia. Desi memulai kariernya di RCTI, membawakan acara berita Seputar Indonesia, Nuansa Pagi, Buletin Siang dan Buletin Malam. Pekerjaan ini ia lakoni sampai tahun 1999, sampai akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke situs portal berita Astaga.com. Pada tahun 2000, dia kembali ke dunia redaksi televisi dan bergabung dengan stasiun berita pertama di Indonesia, Metro TV. Di stasiun televisi itu, kini ia menjabat sebagai GM Marketing and Business Development. Sesekali Desi-pun tampil membawakan acara di Metro TV, seperti Face to Face with Desi Anwar dan Economic Challenges with Desi Anwar. Kini ia bergabung sebagai jurnalis di CNN Indonesia yang resmi mengudara pada tanggal 17 Agustus 2015 yang trpat dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-70. Disamping sebagai seorang jurnalis, Desi juga hobi fotografi dan jalan-jalan. Hobinya itu ia tuangkan dalam buku yang bertajuk A Romantic Journey: Notebook of A Traveller.


Pada acara Meet Up! #4 yang diadakan oleh CNN Indonesia di Universitas Tarumanagara pada tangga 28 September 2016 lalu, Desi Anwar berkesempatan untuk hadir dan menceritakan sedikit pengalamannya di bidang jurnalistik. Wanita yang memulai kariernya pada tahun 1990 ini bercerita bahwa semenjak munculnya stasiun TV swasta, penonton di TV nasional menjadi berkurang. Jaman dahulu tidak ada seorang jurnalis yang boleh meliput ke Istana Presiden, tetapi karena banyak masyarakat yang mulai menonton siaran TV, akhirnya Presiden-lah yang berkunjung ke stasiun  TV tersebut. Seiring berjalannya waktu, banyak bermunculan stasiun-stasiun TV swasta berikutnya. Kompetisi siaran TV masih berkisaran pada iklan komersil, oleh karena itu akan berdampak terhadap isi berita yang akan ditayangkan.
“Karier saya didalam pertelevisian, semakin banyak informasi yang mereka miliki tentu akan membuat mereka menjadi kritis saat mereka melihat dan tidak setuju dengan infromasi yang diberikan, hal ini terjadi pada tahun 1998. Lalu muncul evolusi bagaimana kita menyiasatinya. Yang terjadi saat ini pada remaja adalah flegmentasi.” Ucap Desi Anwar. Beliau juga menambahkan bahwa ia tidak mementingkan eksistensi. Apapun yang dilakukan harus memiliki makna terhadap diri sendiri dan bagi orang lain, lebih-lebih komunitas.

Penulis : Ulfa Rizkayana, Martalena, dan Rosalin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar